Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SEJARAH REVOLUSI IRAN



Bagaimana bisa sebuah bangsa yg 5 dekade lalu amat mesra dng Amerika, kemudian berubah menjadi musuh bebuyutan?
Sebuah utas mengenai sejarah Revolusi Iran yang belum diketahui banyak orang.

Pada dekade 70-an, Iran di bawah pemerintah Shah telah menjadi kekuatan ekonomi baru dunia. Pertumbuhan ekonominya bahkan mencapai lebih dari 10% per tahun. Semua orang pada masa itu yakin, bahwa pada awal abad ke-21 kekuatan ekonomi Iran akan bersanding dng Jerman dan Jepang.

Kemajuan Iran tak terlepas dari besarnya investasi asing terutama dari Prancis, Amerika, Jerman dan penggarapan minyak besar-besaran. Berbagai kota industri baru dibangun, seperti di Abadan (pengilangan minyak), Tabriz (pusat mesin diesel), dan Rezaiyeh (mesin & alat pertanian).

Berbagai bantuan militer didapatkan Iran dari Amerika, seperti panser, pesawat tempur, dan kapal perang. Perwira-perwira Iran pun banyak didampingi dan dilatih. Menjelang revolusi pada tahun 1978, ada hampir sekitar 60 ribu penasihat militer Amerika yang bekerja di Iran.



Namun, semua kemajuan Iran itu tidak melibatkan rakyat Iran. Malah banyak rakyat Iran yang tak sejahtera, tertekan secara politik dan sosial akibat dari rezim Shah Iran, bahkan lebih parah dari Orde Baru yg kita alami (nyaris 3.000 orang tewas dalam demonstrasi melawan Shah).

Rezim Shah dibangun atas kekuatan militer dan polisi rahasia (SAVAK). SAVAK ini sangat ditakuti oleh rakyat Iran karena tak segan-segan dalam menangkap dan menyiksa orang yang berbeda haluan politik atau menentang kekuatan Shah.

Tidak hanya menindas rakyat jelata, Shah Iran juga memberangus kebebasan berekspresi dan berbicara kaum intelektual, seniman, dan para mahasiswa. Hingga menjelang revolusi, berbagai tulisan dan pamflet-pamflet intelektual semakin bermunculan dalam menentang Shah.

Kekerasan menentang Shah mulai terjadi pada tanggal 7 Januari 1977 di Qom, kota suci bagi Syiah. Kekerasan ini dipicu pernyataan menteri Daryoush Homayoun, bahwa Ayatullah Khomeini ialah seorang Agen Inggris untuk menjatuhkan Shah. Tak kurang 60 orang tewas dalam kejadian ini.

Pada Desember 1977, Jimmy Carter datang ke Iran dan berpidato mengenai HAM. Hal ini memantik kritik di antara kaum intelektual dan kekecewaan rakyat karena Carter memuji Shah sebagai pahlawan HAM, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.


Setelah Carter meninggalkan Iran, demonstrasi besar menentang Shah pun pecah di Tabriz, ratusan orang dikabarkan ditembak mati dan 650 orang lainnya ditangkap. Rakyat yang marah membakar gedung-gedung pemerintahan yang dianggap sebagai simbol kekuasaan Shah.

Tanggal 29 Maret 1978, gelombang demonstrasi digelar di 55 kota, termasuk di Tehran. Rakyat memperingati kawan-kawan yang tewas tertembak oleh tentara dan disiksa SAVAK, menuntut mundurnya Shah, kebebasan berpendapat, dan kebebasan pers.

Situasi semakin tak terkendali dan Shah Iran semakin memperkeras kebijakannya thdp demonstran. Beberapa hari setelah Idulfitri, Shah mengumumkan darurat militer, semua demonstrasi dilarang, dan jam malam diberlakukan.

Namun, malah semakin banyak ribuan orang yang turun ke jalan dan berpuncak pada insiden Jom'eyeh Siyah (Jumat Hitam), di mana ratusan orang tewas dan terluka karena ditembak di Lapangan Jaleh, Tehran.

Situasi Iran semakin kacau-balau, atas saran para petinggi pemerintahan, pada 16 Januari 1979 Shah dan keluarganya meninggalkan Iran untuk mengungsi menuju Mesir, yang mana merupakan hari terakhir Shah berkuasa dan tak pernah kembali.



Pasca Revolusi, Ayatollah Khomeini kembali ke Iran setelah pengasingannya di Prancis. Jutaan orang menyambutnya dengan meriah dan sukacita. Orang-orang yang berkaitan dng kekuasaan Shah, ditahan oleh para demonstran dan mahasiswa.

Kedutaan Amerika diduduki dan para stafnya ditahan. Hal ini menjadikan terputusnya hubungan diplomatik Amerika dan Iran. Para pegiat revolusi iran menganggap Amerika melindungi Shah, sehingga memancing kemarahan rakyat yang menginginkan agar Shah dipulangkan ke Iran untuk diadili.

40 tahun setelah Revolusi Iran, hubungan bilateral kedua negara tidak pernah benar-benar berhasil dipulihkan. Kemarahan Iran thdp Amerika berakar dari revolusi dan Kemarahan Amerika kepada Iran berakar dr kehilangan segala kepentingan politik dan ekonomi di Iran pasca-revolusi.

baca juga :